Etnomatematika: Matematika Jembatan Pelestarian Budaya Permainan Tradisional Selayar

bukaberita.id, Permainan tradisional merupakan kegiatan yang identik dilakukan oleh sekelompok anak dalam suasana nyaman dan berbalut keceriaan, dimainkan dengan ataupun tanpa alat serta dilaksanakan mengikuti aturan yang telah disepakati sebelum permainan dimulai. Permainan tradisional merupakan sebuah permainan yang turun-temurun dalam suatu lingkungan sosial yang di dalamya terkandung nilai-nilai budaya seperti nilai kesenangan atau kegembiraan, nilai kebebasan, nilai demokrasi, dan nilai kepemimpinan. Selain itu, permainan tradisional juga mampu melatih kecakapan dalam berhitung, melatih kecakapan dalam berpikir dan berlogika, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa setia kawan.

Seiring perkembangan zaman, permainan tradisional sudah jarang ditemui. Modernisasi dan perkembangan teknologi yang semakin distruktif, menawarkan berbagai media dengan kecanggihan teknologi telah mengikis keberadaan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di sekitar kita. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kecintaan terhadap budaya lokal, salah satunya dengan pengaitan konsep budaya dan pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang menawarkan keterlibatan nilai budaya yakni matematika, atau lebih dikenal dengan etnomatematika.

Etnomatematika adalah penerapan konsep matematika dalam suatu kebudayaan atau adat-istiadat yang ada pada suatu masyarakat. Etnomatematika tidak hanya berbicara tentang matematika tetapi juga menawarkan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Etnomatematika merupakan cabang ilmu yang dimanfaatkan sebagai media untuk memahami bagaimana konsep matematika yang tersaji dari sebuah budaya, sebagai upaya mengkorelasikan matematika dan nilai budaya.

Kepulauan Selayar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki keragaman budaya mulai dari adat-istiadat, seni, bahasa, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, olah raga tradisional hingga permainan tradisional. Permainan merupakan sesuatu yang akrab dengan lingkungan sosial anak-anak. Oleh karena itu, permainan tradisional dapat dijadikan konteks pembelajaran matematika di sekolah dasar untuk menjembatani anak-anak (peserta didik) agar lebih mengenal permainan tradisional Selayar.

Sebagai contoh permainan tradisional Selayar yang umumnya dimainkan oleh anak laki-laki yaitu a’bendi-bendi. Permainan ini menggunakan bendi (ban sepeda bekas) dan kayu pemukul dengan panjang sekitar 20 cm. Pemain terdiri dari sekelompok anak yang akan berlomba lari pada lintasan lurus sambil memacu bendi menggunakan tongkat kayu dimulai dari garis start dan berakhir pada garis finish yang disepakati bersama. Pemain yang tiba lebih dulu di garis finish bersama dengan bendi yang dipacu dinyatakan sebagai pemenangnya.

Pada permainan a’bendi-bendi terdapat konsep matematika yaitu berupa bentuk bangun datar yang digunakan sebagai alat pada permainan. Bentuk bendi atau ban sepeda bekas dapat divisualisasikan sebagai bentuk lingkaran dan tongkat kayu berbentuk persegi panjang. Dengan media berupa alat permainan bendi, anak-anak dapat dikenalkan bentuk bangun datar, melatih anak menentukan ukuran bangun datar, luas dan keliling bangun datar. Kemudian, anak-anak dapat diajak bermain bendi sambil menghitung keliling lingkaran berdasarkan panjang lintasan permainan dan jumlah putaran bendi.

Contoh lain permainan tradisional Selayar yaitu a’li’ja’ bulan. Permainan ini identik dimainkan oleh anak perempuan. Pada permainan ini hanya membutuhkan arena bermain berukuran 1×3 meter, tongkat kayu atau kapur untuk menggambar arena permainan dan batu pipih atau pecahan ubin sebagai pion. Pada permainan a’li’ja’ bulan terdapat unsur matematika yaitu berupa bentuk bangun datar yang dijadikan sebagai alat permainan dimana pemain membuat pola a’li’ja’ bulan dengan berbagai bangun datar seperti persegi, persegi panjang, dan setengah lingkaran. Menerapkan permainan ini sebagai konsep pembelajaran matematika dapat memudahkan anak mengenal bentuk bangun datar dan melatih anak untuk menggambarkan beragam bentuk bangun datar.

Pembelajaran matematika menggunakan media berupa benda dapat memudahkan anak untuk memahami matematika yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret. Dengan demikian, melalui objek permainan tradisional diharapkan anak-anak dapat memahami matematika dengan mudah dan menyenangkan serta budaya kearifan lokal Selayar khususnya permainan tradisional dapat terus dilestarikan.

Writer: Armayani Arsal, M.Si (Dosen Matematika, FMIPA Universitas Negeri Gorontalo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *